TENDASEJARAH.com - Kompleks Istana Jakarta awalnya hanya terdapat satu bangunan, yaitu Istana
Negara. Gedung ini mulai dibangun pada tahun 1796 tepatnya pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten dan selesai 1804 pada masa
pemerintahan Gubernur Jenderal Johannes Siberg ini semula merupakan rumah
peristirahatan luar kota milik pengusaha Belanda, J A Van Braam. Kala itu
kawasan yang belakangan dikenal dengan nama Harmoni memang merupakan lokasi
paling bergengsi di Batavia Baru.
Pada tahun 1820 rumah
peristirahatan van Braam ini disewa dan kemudian pada tahun 1821 dibeli oleh pemerintah
kolonial untuk digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta tempat
tinggal para gubernur jenderal bila berurusan di Batavia (Jakarta).
Para
gubernur jenderal waktu itu kebanyakan memang memilih tinggal di Istana Bogor
yang lebih sejuk. Tetapi kadang-kadang mereka harus turun ke Batavia, khususnya
untuk menghadiri pertemuan Dewan Hindia, setiap Rabu. Rumah van Braam
dipilih untuk kepala koloni, karena Istana Daendels di Lapangan Banteng belum
selesai. Tapi setelah diselesaikan pun gedung itu hanya dipergunakan untuk
kantor pemerintah.
Selama masa
pemerintahan Hindia Belanda, beberapa peristiwa penting terjadi di gedung yang
dikenal sebagai Istana Rijswijk (namun resminya disebut Hotel van den
Gouverneur-Generaal, untuk menghindari kata Istana) ini. Di antaranya menjadi
saksi ketika sistem tanam paksa atau cultuur stelsel ditetapkan Gubernur
Jenderal Graaf van den Bosch. Lalu penandatanganan Persetujuan Linggarjati pada
25 Maret 1947, yang pihak Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir dan pihak
Belanda diwakili oleh H.J. van Mook.
Pada mulanya bangunan
seluas 3.375 m2 berarsitektur gaya Yunani Kuno ini bertingkat dua. Tapi pada
1848 bagian atasnya dibongkar; dan bagian depan lantai bawah dibuat lebih besar
untuk memberi kesan lebih resmi. Bentuk bangunan hasil perubahan 1848 inilah
yang bertahan sampai sekarang tanpa ada perubahan yang berarti.
Karena Istana
Rijswijk mulai sesak, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal J.W. van
Lansberge tahun 1873 dibangunlah istana baru pada kaveling yang sama, Istana
tersebut dinamakan Paleis te Koningsplein atau Istana Gambir yang kemudian
dikenal dengan nama Istana Merdeka setelah Indonesia merdeka.
Sebagai pusat
kegiatan pemerintahan negara, saat ini Istana Negara menjadi tempat
penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan, antara lain seperti
pelantikan pejabat-pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah dan rapat kerja
nasional, kongres bersifat nasional dan internasional, serta jamuan yang
bersifat kenegaraan.
Sumber: Wikipedia